FILM KISAH PERJALANAN HIDUP ‘PRETTY BOYS’

Estimated read time 3 min read

Penantian penggemar dua selebriti papan atas tanah air Deddy Mahendra Desta dan Vincent Rompies. Setelah dua puluh lima tahun berkarya dan bersahabat, mereka debut untuk satu judul film yang sama.

Kisah tentang dua sahabat bernama Anugerah (Vincent Rompies) dan Rahmat (Desta) yang merantau ke Jakarta demi mewujudkan impian mereka sejak kecil untuk menjadi pembawa acara televisi. Film ini sekaligus menjadi debut bagi Tompi sebagai sutradara, Desta menjadi produser, dan Darto sebagai penulis naskah.

PRETTY BOYS (2019) memasukkan adegan komedi yang sering kita jumpai sehari-hari seperti misalnya tebak-tebakan ringan namun lucu, guyonan yang receh, serta dialog yang berisi sindiran-sindiran kepada film atau acara televisi tanah air saat ini. Hal itulah yang menjadikan penonton merasa relate dengan cerita film ini sebab cerita film yang dikemas secara sederhana, namun isi yang disampaikan dapat tersampaikan secara baik.

Dalam wawancara dengan portal berita suara.com,  Selasa (3/9/2019), Darto selaku penulis naskah memberikan penjelasan perihal awal mula penulisan kisah cerita film Pretty Boys. Darto menungkapkan ide cerita film ini muncul dari ide sang sutradara, Tompi.

Ide awalnya itu Tompi. Pertama Desta nelpon, ‘To tolongin tulisin film buat gue,’ ‘Ide ceritanya apa?’ ‘Meeting dulu deh, Tompi yang punya ide ceritanya,’ terus Tompi memberikan saya ide ceritanya,” kata Imam Darto.

Oleh sebab itu, Darto sebagai pembuat naskah film tentu saja merasa tidak mengalami kendala berat selama menggarap naskah film tersebut. Hal itu disebabkan, pada dasarnya cerita naskah film ini merupakan suatu bentuk sindiran terhadap keadaan pertelevisian di Indonesia saat ini. Tentu saja, Darto sebagai pelaku seni di dunia pertelevisian menganggap pekerjaan ini sebagai pekerjaan yang mudah.

“Nggak adalah. So easy. Buat saya sih karena tentang dunia televisi, ya otomatis saya tahu backgroundnya apa yang terjadi di balik layar, apa yang terjadi ketika jeda komersil iklan, apa yang terjadi dengan penonton di studio, floor directornya, koordinatornya, itulah yang mencoba dicapture dan diperlihatkan,” kata Imam Darto.

Lebih lanjut, film ini menuai banyak pujian dari penikmat film di tanah air. Sebab, bukan hanya humor saja yang ditonjolkan tetapi Tompi selaku sutradara berhasil menciptakan sebuah film yang mengangkat kejadian nyata di balik dunia pertelevisian di Indonesia. Sebab saat ini industri pertelevisian masih banyak mengeksploitasi sebagian pihak hanya untuk meraih keuntungan buta semata. Faktanya, banyak pelaku seni di dunia pertelevisian  yang mengharuskan mereka untuk berpenampilan ‘ngondek’ dengan dalih memenuhi tuntutan pekerjaan. Layaknya yang digambarkan pada film ini, penampilan yang diperankan tokoh Anugerah dan Rahmat yang justru menjadi nama mereka menjadi laris di dunia pertelevisian. Pada film ini sang sutradara terbilang sukses menghadirkan satu per satu perjuangan yang dilakukan Anugerah dan Rahmat demi mencapai impian mereka untuk tampil di televisi. Dengan latar belakang orang kampung yang ingin merantau di ibukota, dengan ditambah balutan kisah percintaan yang romantis meskipun pada akhirnya justru menjadi konflik, kisah-kisah seperti itulah yang dapat memanjakan emosi penonton yang digarap dengan sangat apik.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours